Medio Desember 2015, awal kegilaan kami di
mulai. Berawal dari pesan singkat
seorang kawanku bernama Yucki melalui Blackberry Messenger, mempertanyakan
kegalauan akan menghabiskan kemana akhir tahun ini. Jujur, pesan ini standar banget, banyak juga
disampaikan kawan yang lain. Tadinya jawaban saya pun flat saja, maklum
sepertinya tidak mengagendakan kemanapun akhir tahun.
BBM pun berlalu begitu saja, sampai pada suatu sore
di hari Selasa tanggal 22 Desember 2015 sepulang kerja, hari selasa bagi saya
ada sedikit hal yang tak biasa. Kenapa? karena saya selalu mengagendakan
“selasa menonton”, dan parahnya sore itu saya memilih ingin memutar kembali film
The Secret life of Walter Mitty yang di bintangi Ben Stiller. Saya tidak bicara
bahwa film ini bagus namun bagi saya film petualangan Mitty ini berhasil menghadirkan imajinasi visual
yang mengesankan, apalagi pemandangan indah dalam film ini menghadirkan sensasi
yang memikat.
Saya tak hendak menceritakan detil film ini, namun
satu hal yang membuat saya terhipnotis adalah pesannya yang kurang lebih
seperti ini “Life is about courage and
going into the unknown”, hmm rasanya kok jleb banget ya dan tiba-tiba saja
teringat bbm kawan yang sejak kemarin sudah menjadi setan kompor.
Singkatnya pembicaraan via bbm pun berulang dan
setelah kompromi kami putuskan “Ya, kami akan liburan”. Terus kemana? Nah itu yang kita pikirkan
lebih lanjut, tawaran dari kawan adalah Toraja, Toraja bagus tapi tiket
pesawatnya juga bagus banget harganya. So, kami diskusikan lagi akan kemana
kita jadinya. Rada konyol juga waktu itu
merencanakan hal yang bagi kami adalah hal yang besar, dengan limit waktu yang mepet,
ditengah-tengah pekerjaan akhir tahun yang menunggu kita selesaikan dan diperparah kami tinggal di beda pulau (hmm,
koordinasi macam apa ini?). Namun justru inilah sensasinya, pada akhir BBM
malam itu kami sepakat akan pergi ke Thailand pada awal tahun baru 2016 dan
kami langsung berbagi peran, saya sendiri dapat jatah nyari tiket pesawat dan
pengiapan, sedang Yucki nantinya akan mempersiapkan detil itinerary, menukar
uang dan mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan.
Dinamika dalam kami mempersiapkan perjalanan ini
sangat berkembang, awalnya kami hanya merencanakan pergi ke Thailand saja
tiba-tiba dengan alasan tanggung kami menambahkan Kamboja dan Vietnam dalam
itinerary kami dan mengakhiri perjalanan ini di Malaysia.
Alhasil, saya pun terpaksa begadang untuk hunting
baik tiket pesawat maupun akomodasi selama kita berada di keempat negara
tersebut. Hmm, berburu tiket (murah
tentunya) menjadi sisi lain yang asyik dalam mempersiapkan sebuah perjalanan,
murah? Ya haruslah. Tag line kami sudah sangat jelas “kalo bisa murah,kenapa
harus mahal” #lol. Yup, dan sampai pada
tanggal 30 Desember 2015 barulah komplit saya siapkan tiket dan akomodasi. Rada
konyol juga sih mempersiapkan semuanya dalam rentang waktu 7 hari disaat
kerjaan parah banget padatnya, untungnya perjalanan kami di dukung adanya promo-promo
yang aduhai, lumayan mengurangi sekian persen anggaran.
Hari itu tanggal 31 Desember 2015, persiapan kami
sudah bisa dibilang 100%, tinggal kami masing-masing jalan menuju ke meeting point. Kami memutuskan Bandara Juanda, Surabaya
sebagai meeting point kami. Jadilah kami bertemu disana, Yucki sehari
sebelumnya sudah lebih dulu berangkat dari Jogja dengan kereta sehingga lebih
dulu tiba di Surabaya, sementara saya mengagendakan berangkat 31 Desember 2015
malam dari Lombok dengan pesawat. Malam
itu yang kami ingat kami menghabiskan new
year eve di Bandara Juanda Surabaya tepatnya di terminal 2. Hehehe,,, tadinya kami mengagendakan malam
tahun baruan di pusat kota Surabaya, namun karena alasan yang klasik, Pesawat
saya delay so baru sampai Surabaya Jam 21.30 Wib. Akhirnya Yucki mengalah dan memilih untuk
langsung ke Bandara Juanda saja padahal sudah berada di pusat kota
Surabaya. Tapi sebenarnya alasan kami
lebih cepat menuju ke bandara adalah karena kami harus mempersiapkan fisik kita
mengingat besok pagi kami akan terbang ke Thailand.
The Begining 2016
Hari ini 1 Januari 2016, hari yang kami nantikan
pun tiba. Rasanya sangat excited,
membayangkan perjalanan kami akan segera dimulai, membayangkan bagaimana
kira-kira yang akan terjadi disana, membayangkan bagaimana kami akan survive di
negara orang. Ah, sudahlah tak perlu dibayangkan. Yang pasti kata Yucki “ setiap kita akan
menemukan tempat baru, kita juga harus bersiap menemui masalah baru”, that’s
it.... (tumben dalem yuk)
Pukul 05.00 Wib sehabis bangun dan shubuh an, hal
pertama yang kami cari adalah kedai minuman hangat, jadilah kami mencari tempat
minum yang parahnya di bandara baru kedai kopi yang secangkirnya 50 ribu an aja
yang buka. Tapi ya sudahlah toh Yucki
yang bayarin. Saya order hot chocholate sementara Yucki entah apa yang dia
minum. Cukup lama kami bersantai di
kedai kopi ini, kami sempatkan untuk browsing mencari segala informasi yang
sekiranya kita butuhkan di Bangkok. Maklum
mumpung dapat wifi (ohya, kisah kami berburu wifi ini pada akhirnya nanti akan
berlanjut sampai akhir perjalanan kami).
Setelah dirasa selesai kami meninggalkan kedai kopi
dan bersiap akan melakukan check in, karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.30
Wib. Proses check in kita lakukan secara
mandiri via mesin check-in, ini lebih mudah karena kita tidak harus antri di
depan loket check in tinggal kita ke imigrasi saja. Boarding pas sudah ditangan kami langsung
naik menuju waiting room. Namun
sebelumnya kami sempatkan sarapan dulu di depan waiting room. Pukul 08.30 an
kami masuk ke ruang tunggu sampai pada waktunya pukul 11.35 Wib, pesawat yang
akan membawa kami telah siap dan satu persatu penumpang memasuki pesawat. Yup,
kami akan butuh waktu sekitar 4 jam an untuk sampai Thailand. Sekitar pukul 15.30 an pesawat kami landing
di Bandara Internasional Don mueang, Bangkok.
Hal pertama yang kami lakukan adalah ke Imigrasi bandara, dan yang pasti
(mesti rada norak) kami sempatkan ambil gambar kami di Bandara ini, maklum kami
tak akan ke sini lagi, kepulangan kami berbeda arah.
Sore itu setelah urusan di Bandara selesai, sekitar
pukul 17.20 an kami langsung mencari informasi bagaimana transportasi kita
menuju ke kawasan Khaosan Road. Ada
beberapa alternatif untuk mencapai daerah khaosan, bisa naik taksi ataupun
bus. Berdasarkan informasi yang kami
dapat ada Bus dari bandara Don Mueang menuju ke terminal Mo-chit, kita bisa
menggunakan Bus No. A-1, AC dengan tarif 30 baht per orang. Nah baru dari terminal Mo-chit ini kita bisa
naik Bus kota No. 3 dengan tarif 6,5 baht menuju ke daerah Khaosan road. Akhirnya kami naik Bus Ac ini, namun sekitar
25 menit dari bandara, kami diturunkan di salah satu bus stop, untuk estafet
ganti bus kota no 3. Agak kaget juga
kami waktu itu karena tidak diturunkan di terminal Mo-chit, hanya saja kernet
bus diawal sudah menjelaskan bahwa kita tidak harus ke terminal, lebih baik
turun di bus stop karena lebih dekat menuju ke Khaosan road. Di Bus stop ini kami menunggu Bus no 3 lewat,
lumayan beberapa menit kami menunggu sampai-sampai kami kurang yakin apa benar
Bus no 3 ini akan lewat, bertanya ke orang pun kami rada kesulitan karena tak
jarang orang yang kami tanya kurang mengerti bahasa inggris (walopun kami pun
juga parah bahasa inggrisnya).
Berbekal kesabaran, akhirnya Bus no 3 yang ditunggu
datang juga kami langsung naik, kami pilih seat paling belakang supaya bisa
leluasa. Lagi-lagi kernet bus nya
perempuan, dan kami membayar 6,5 baht per orang dengan request minta diturunkan
di Khaosan. Perjalanan sekitar 30 menitan kami sampai di bus stop khaosan dan
tinggal berjalan sedikit sudah di khaosan road yang ternyata pada malam kami
sampai terasa begitu ramai, maklum saja hari itu tahun baru kemeriahannya masih
terasa sampai pada waktu kami datang.
Tujuan kami adalah mencari alamat penginapan kami yang
berdasar voucher yang kami dapat dari booking online kami menginap di Coop Dopa
Hostel, Suan Sunandha Palace, Nakhon, Ratchasima Road, Dusit, Khaosan. Memang dari awal kami putuskan untuk tidak
menginap di pusat Khaosan jadi hostel ini rada sedikit jauh dari Khaosan. Kami sempatkan santai sejenak di Khaosan,
hanya sekedar ingin tahu khaosan yang bagi sebagian traveler belum ke Bangkok
jika belum ke Khaosan rd. Setelah kami
rasa cukup dan memang kami sudah letih ingin segera sampai hostel maka kami
menanyakan alamat hostel kami kepada salah satu pemilik toko yang ada di
sekitar khaosan, Menurutnya hostel ini tidak terlalu jauh, hanya saja jika
jalan kaki lumayan jauh. Saran orang
yang kami tanya lebih baik kita menggunakan tuk-tuk saja dengan ongkos sekitar
80 baht. Atas saran orang tersebut
jadilah kami mencari tuk-tuk yang mau kami bayar 80 baht untuk mengantar kami
ke penginapan kami. Bapak yang mengantar
kami bernama Mr. Tom phol berperawakan tinggi besar sangar, pada awalnya kami
sempat ragu pasalnya setelah berputar-putar kami diberhentikan di depan
kompleks kantor, memang jalanan di sekitar tempat itu luas bahkan kanan kiri
terdapat bangunan yang megah lengkap dengan penjaga berseragam. Saat kami diberhentikan di depan komplek
kantor kementrian interior, kami terang-terangan tidak mau turun karena kami
tidak melihat papan nama hostel yang kami maksud. Alhasil Mr. Tom Phol menyalakan lagi
tuk-tuknya dan berjalan kembali, tak selang berapa menit Mr. Tom Phol berhenti
dan menanyakan alamat kami kepada dua orang remaja yang saat itu sedang berdiri
di samping jalan. Saat kami serahkan
alamat hostel kami dan salah satu dari remaja itu melihat dari aplikasi google
map, rupanya benar adanya penginapan tersebut memang berada di lokasi tempat
Mr. Tom Phol memberhentikan kami, Alhasil kami harus mutar balik untuk kembali
ke lokasi awal. Yang kami tahu waktu itu Mr. Tom Phol ya rada sedikit dongkol
gitu. Ya maaf Mr, HP kami tidak bisa
mengakses internet. Setelah kami berhenti, barulah Mr. Tom Phol menunjukkan
papan nama hostel yang kami tuju, herannya hostel itu memang terletak satu
komplek dengan kantor Kementerian Interior.
Saya jadi membayangkan wisma-wisma instansi pemerintah yang beberapa kali
pernah saya singgahi dan berharap kamar hostel yang kami pesan sesuai harapan
kami. Ohya, waktu itu kami lebihkan 20
baht kepada Mr Tom Phol karena kabaikannya.
Tak lupa sebelum kami masuk, kami sempatkan untuk wefie bertiga dengan
Mr. Thom Phol.
Begitu kami masuk receptionist dan diberikan kunci,
kami segera naik ke atas kamar dengan harap-harap cemas takut kamarnya ginilah
gitulah, namun setelah kami masuk ke kamar, rasa penasaran kami terjawab dan
eng ing eng, kamar yang kami pesan Alhamdulillah sesuai dengan harapan
kami. Seinget saya harga sewa kamar
disini untuk standard dengan special request twin bed seharga Rp.
228,000/malam. Cukup worth it lah.
Malam itu setelah kami beberes diri, kami sempatkan
jalan keluar mencari makan. Ohya kami
mencoba beberapa makanan enak. Ada
banana pancake, Pome juice, dan makanan asing khas Bangkok lainnya. Agak heran juga saat itu di jalan-jalan
terpasang baliho besar-besar dan bertema “Bike
for dad”, Menurut informasi yang
kami dapat kampanye “Bike for Dad” ini sebagai pengungkapan rasa simpati
masyarakat Thailand terhadap raja Thailand Bumibol Adulyadej yang pada 5 Desember 2015 yang lalu berulang
tahun yang ke-88 tahun namun dalam kondisi sakit. Hmm, malam ini sebelum tidur saya belajar hal
baru, belajar bahwa ada hal-hal sederhana untuk berempati kepada sesama. Sesederhana apapun kegiatannya, yang
terpenting niatnya untuk kebaikan. For salute !!! selamat malam.
Hari Kedua Sabtu 2 Januari 2016
Selamat pagi Bangkok, selamat pagi Yucki, Mari kita
taklukan Bangkok hari ini !!!
Tapi begitu bangun pagi, kami berasa heran ngelihat
jalanan besar yang sepinya amit deh.
Kami jadi bingung kita yang kepagian atau orang Bangkok pada
kesiangan. Namun yang kami ingat memang
hari itu sabtu (weekend), bisa jadi memang tidak banyak aktifitas dihari
libur. Tak ingin membuang waktu pagi itu
kami bersiap diri lebih awal, sarapan di hostel seadanya dan langsung hunting
ke lokasi wisata yang sudah masuk dalam itinerary kami. Kami gunakan tuk-tuk untuk city tour kali ini,
Kami hanya membayar sebesar 60 baht untuk sampai ke Grand Palace. Sisanya kami berjalan kaki menuju ke Wat Phra
Khew, Wat Pho dan Wat Arun. Area yang berdekatan ini memudahkan kita untuk
mengunjungi semua tempat-tempat bersejarah ini sekaligus. Bagi para pecinta sejarah dan mengagumi
arsitektur, dan yang hobi selfie, ke semua tempat ini merupakan destinasi wajib
kunjung saat berlibur ke Bangkok (catet!).
Kami habiskan waktu hampir seharian untuk berjalan-jalan ditempat
ini.
Baru pada sore harinya sekitar pukul tiga sore kami
meninggalkan lokasi city tour dan naik Bis nomor 44 dari depan Grand Palace
menuju ke Pasar Chatuchak, Oiya ongkos Bis ini sebesar 38 baht. Sekedar informasi Pasar Chatuchak hanya buka
pada saat weekend saja dan buka mulai pukul 08.00-19.00, sehingga cukup
beruntung apabila kita berlibur ke Bangkok saat akhir pekan karena bisa
mengunjungi pasar yang sangat lengkap ini, namun jangan lupa ya kalo kita
membeli Oleh-oleh disini mesti ditawar biar dapat banyak. Pukul 18.00 an kami
sudah meninggalkan Pasar Chatuchak menuju ke Siam center menggunakan kereta
cepat seharga 20 baht. Ketika sampai di
Siam Center memang hanya tentang wisata shopping karena hampir disemua lokasi
hanya Mal saja yang ada. Namun di dalam
mal Siam Center sendiri ada satu destinasi yakni Museum ke-10 Madame Tussauds
di dunia yang buka setiap hari pukul 10,00-21.00, lokasinya berada di Siam
Discovery Center, lantai 6. Tiket masuk
bisa dibeli secara online maupun on the spot, bagi kalian yang hendak pesan
online bisa melalui website www.madametussauds.com/bangkok. Petualangan kami di Siam center kami akhiri
sekitar pukul sepuluh malam dan kembali ke penginapan kami menggunakan tuk-tuk
seharga 180 baht karena lumayan jauh.
Malam itu kami puas karena itinerary untuk hari ini sukses, so Mission
completed !!!
To be continue ,,, ketemu di tulisan saya “Roundthirdcountry”
part 2 ya. saya akan nulis tentang
Pattaya. WOW.....
Hai penjelajah negri... Menunggu cerita penaklukanmu yang lain ��
BalasHapusSuatu saat pengin sepertimu ��