Selasa, 09 November 2010

Lalo Jok Lombok

Kata pertama yang patut terucap “Nekat”, gimana nggak. Kocek sedang tipis, pekerjaan juga tak de, tapi nekat pergi ke Lombok. Hanya gara-gara tiket promo murah, dan iming-iming obyek wisata di Lombok yang bagus dan eksotis itulah akhirnya ku amini kenekatanku pergi ke Lombok.  Segera ku sambut dengan suka cita, walopun untuk kali kedua aku pergi kesana tapi aku persiapkan dan bekali diri dengan referensi dari buku terutama referensi obyek wisata mana saja yang wajib untuk didatengin dan seperti biasa menyusun ittenary.  Selebihnya aku percayakan saja perjalanan ini pada sebuah buku travel guide edisi “from bali to east” karangan kal muller. menurut sumber yang kubaca dari buku Tales from the roadnya Matatita, Kal Muller sang Antropolog asal Hungaria ini sudah puluhan tahun menjelajahi wilayah Indonesia, terutama bagian timur Sekarang ini orangnya tinggal di Timika, memberdayakan suku Komoro.  Dia pun seorang fotografer yang handal, tak heran jika buku-buku travel guide nya selalu tebal karena di selipi foto-foto yang di cetak dengan full color.  Buku yang kubeli tahun 2003 lalu di periplus ini cukup membantu sih walopun harus sering buka kamus (maklum saja englishku nol prutul,he..he).
Berbekal hanya dengan daypack juga tas laptop akhirnya kulangkahkan kaki tuk menjelajahi pulau seribu masjid itu.  Mataram yang kalo bahasa Lombok Matta berarti “suka cita yang penuh ikhlas” dan juga aram yang berarti “ibu pertiwi”.  Mengawali perjalanan dari Jogja udah malam, naik bis malam, sengaja ku pilih malam agar nyampai Surabaya pagi harinya langsung menuju ke Juanda.  
Nyampe Juanda masih pagi, sedang jadwalnya baru nanti jam 10.35 wib, ku manfaatkan aja waktu ini untuk nyante sejenak, makan, dan lainnya. Kebetulan juga kawanku mba ana dari Sidoarjo akan menuju ke Juanda menjemput seseorang, jadilah kami bisa ketemuan di bandara. Sekali dayung 2, 3 pulau terlewati. Hehe…
Pukul 09.00 aku masuk tuk check in, biar menunggu di dalamnya bisa sambil tidur. Ga da barang yang ku bagasikan karna memang aku bawa barang sangat minimalis (backpacker abislah).  Baru tepat di pukul 10.35 aku memasuki kabin pesawat tuk selanjutnya terbang menuju mataram. 
Pukul 12.35 Wita, aku nyampe di mataram, tepatnya di bandara udara Selaparang.  Tujuanku selanjutnya adalah menuju ke jalan Langko, kebetulan tadi waktu di pesawat orang yang duduk di sebelahku juga berencana ke jalan Langko. Jadilah aku bareng ma dia, untungnya dia sudah di jemput pihak hotel jadi aku bisa nebeng ke jalur yang sama ( selama backpackeran gini pantang nolak niat baik orang apalagi gretongan! Hehe). Awalnya aku akan di jemput seorang kawan dari Lombok, hanya saja rencana berubah karena ternyata dia harus pergi ke Sumbawa. Ga soal juga sih. Selanjutnya perburuan hotel/penginapan murah meriah, maklum sajalah judulnya aja backpacker tak da sponsor jadi ya carinya pas-pas in ma kantong. Berbekal referensi yang kudapat dengan browsing di website, aku sudah mengantongi alamat penginapan mana saja yang sesuai kocek.  Akhirnya menemukan Penginapan di daerah Cakranegara, komunitas hindu mendominasi daerah ini, tempat ini ku pilih karena menurutku strategis cukup 5 menit ke mal satu-satunya di Mataram, 5 menit ke pasar Cakranegara, 10 menit ke pusat pemerintahan, 5 menit ke wisata taman Mayura dan pura Meru. Pas bukan?

Taman air Narmada/Narmada water park
Target obyek wisata pertama adalah pergi ke taman Narmada
Ada cerita mitos disana, konon sang pemangku (pemimpin doa umat hindu) di pura Narmada dikenal sangat awet muda, sampai meninggalnya di usia 120 tahunan. karena setiap hari minum air dari sumbernya langsung (sebenarnya dari segi kesehatan pun juga terbukti orang yang gemar air putih akan nampak jauh lbh seger) .  Konon air itulah punya khasiat membuat orang awet muda, makanya jadi kepercayaan masyarakat sekitar.  Pantas saja sewaktu aku beli air mineral lokal, brandingnya air mineral Narmada, diambil dari sumber mata air Narmada.  Denger-denger juga kandungan air di Narmada ini mengandung 17 mineral, makanya sangat segar. Cobain dech…seperti aku yang juga nyobain air awet mudanya, tidak bermaksud mempercayai mitosnya tapi ya karena penasaran dengan letak mata airnya yang berada di dalam balai petirtan, akses masuknya pun tak bisa satu orang, hrs berombongan.  Katanya sih pemangkunya tak mau mendoakan air itu kalo tak banyak orang sekalian.. wah rada jaim nih pak mangku?sebenarnya ongkos masuknya itu kita bayarkan Cuma-Cuma waktu setelah ketemu dengan pemangkunya, hanya saja di luar balai banyak orang local yang minta bayaran juga, katanya sih buat sewa selendang tapi buktinya aku udah bawa selendang asli Lombok juga di maintain uang.  Jadi kawan, kalo besok kamu main ke tempat ini waspadalah.  Ohya…satu lagi, jangan mau kalo ada orang yang menawarkan jirigen air awet muda, udah mahal harganya.  Mending kalo kamu mau bawa pulang air itu bawa botol aqua ndiri aja, ga perlu beli jirigen. Mahal euy!.  hehe..tiba masuk ke balai petirtan, setelah pemangku pura narmada mendoakan, kami pengunjung langsung berantri untuk membasuh muka dan minum air awet muda ini. Begitu juga aku, tak ada maksud apa-apa, selain karena ak benar-benar kehausan.  Eh kawan, tapi jangan bilang sapa-sapa ya, tadi ak ambil sebotol aqua air awet mudanya lho… hayo sapa mau awet muda, ku kasih deh..biar nyaingin ponari sweet.hehe. Kalau soal mitos, ah..lupakan saja ga perlu minum air awet muda, aku ngerasanya selalu awet muda tuh (waka.waka..gubrak). Ku sempatkan juga mengambil gambar di dalam balai petirtan ini. 

Di Narmada ini juga ada Pura besar tempat umat Hindu melakukan ritual adat, Pura kalasa.  Katanya juga dalam pura ini terdapat replika gunung Rinjani lengkap dengan danau segara anakan.  Konon kenapa replica ini dibuat lebih memudahkan umat hindu mengadakan upacara tradisi, tak perlu jauh-jauh ke gunung Rinjani yang sebenarnya.  Gunung Rinjani beserta danau segara anak/agung ini melambangkan makrokosmos (alam semesta).  Sayangnya tak bisa sembarangan orang bis amemasuki pura ini, harus dengan juru kuncinya.  Sayang sang pemangku yakni mangku Sarjane sedang sibuk dib alai petirtan.  Setelah menunggu agak lama berharap akan bisa memasuki pura ini, namun hasilnya nihil.  Puas seharian di narmada, tiba waktunya pulang penginapan, tapi ku sempatkan jalan ke pasar narmada yang ga jauh dari taman ini, pengennya hunting CD lagu sasak, tadi sempat dikenalkan lagu “dedare gunung” yang dinyanyikan ma mase becik (anak2 kecil), isi liriknya dalem banget bo !

Malam tiba,,, jalan-jalan kuliner dengan seorang kawan lama Maman sang seniman sasak.  Kami susuri kawasan kuliner jalan Udayana yang terkenal dengan sate bulayaknya, juga berburu plecing kangkung n nasi balap. Oh iya..darinya aku belajar banyak tentang budaya sasak. Ada nama tradisi culik anak orang, nyongkolan, bau nyale.  Nah akan aku ceritakan sedikit tradisi bau nyale, ini merupakan tradisi menangkap cacing warna warni dari laut ke pantai yang dilakukan oleh masyarakat di pantai selang belanak.  Kenapa mereka menangkapnya? Konon, ada seorang putri bernama putri Mandalika yang karena cantiknya banyak raja yang menginginkannya.  Karena sang putri terlalu bingung dengan banyaknya pilihan dan tidak bisa memutuskan sapa yang akan menjadi suaminya, syahdan sang putri lebih memilih ‘suicide’ dengan cara cebur diri ke laut, berharap jelmaannya akan bisa dimiliki banyak orang.  Kononnya lagi cacing warna warni yang ada di laut itu adalah rambut putri Mandalika.  Itulah tradisi bau nyale …
GILI TRAWANGAN
Pagi benar aku sudah jalan menuju Pemenang, cukup lama juga perjalanan dengan L300 ini dr mataram ke pemenang, jalurnya menuju Lombok utara arah mau menuju trekking Rinjani mountain. Kira-kira 1jam tiba juga di Pemenang. Ongkos dari mataram hanya 7000 saja. Setelah itu untuk menuju pelabuhan Pemenang harus naik ojek atau pun cidomo kalau tak mau jalan kaki, cukup 2000 saja kok. Saya sarankan enaknya pake Cidomo selain lebih tradisional juga ramah lingkungan dan lebih nyante karena kita bisa nikmatyi pemandangan. Dari pelabuhan Pemenang ini saya harus beli tiket boat seharga 10.000 dan waktu tempuhnya Cuma 35 menitan untuk menyeberang menuju Gili trawangan. Ohya kawans Gili ini artinya “pulau di seberang samudera” dan kalau trawangan ya “terowongan”.  Ada beberapa alasan kenapa ku pilih gili trawangan di banding gili meno dan gili air. Pertama adalah karena gili ini paling jauh, paling luas dan of course paling indah (bukan berarti dua yang lain gak indah lho!).
Welcome to my paradise, where the sky so blue, where di sunshine so bright. 
Welcome to my paradise, where u get ur free, where the party never ending …
Ternyata benar adanya, lirik lagunya steven n coconut tree itu, pas dengan kondisi yang aku lihat sekarang ini, di tempat ini. Ouw..pantas saja kalo inspirasi mereka tuk bikin lagu itu saat mereka di gili ini.
Keliling Gili kulakukan terlebih dahulu sebelum menikmati birunya pantai, banyak cottage/bungalow disini, lucu-lucu bentuknya seperti miniatur rumah tradisional Sasak tapi tentunya di sesuaikan dengan selera para bule. Maklum saja pengunjung disini 85% turis luar dan barulah 15% nya turis lokal. Hey kawans..ini masih Indonesia lhoh, berkunjunglah kemari, nikmati birunya pulau ini. Rata rata sewa bungalow ini 250ribu/malam, ada juga sih penginapan yang Cuma 100ribu/malam.  Pokoknya ga mahal lah di sini.
Kusempatkan juga Snorkling di pantai ini, ada banyak rental equipment selam dan soal harga sewa cukup bersahabat kurasa 25.000/hari.. Hohoho…emang benar adanya, keindahan bawah lautnya terkenal bagus kita bisa bercanda dengan ikan-ikan juga kura-kura. Ada turtle yang sempat ku pegang, penurut sekali dia.hehe…snorklingan sampe kulit gosong..song. tiba jam 3 sore ku sudahi petualangan di gili ini dan kembali ke mataram. Harus cepat agar tak ketinggalan boat juga angkot ke mataram.
Referensi tempat wajib dikunjungi selama liburan di LOMBOK : Trekking to Rinjani, Three Gili (Trawangan, Meno, Air), Narmada Water Park, Taman Mayura, Pura Meru, Senggigi beach, Pasar seni Senggigi (ini berdasar yang sudah aku datengin) kalo yang lain masih banyak yang eksotis seperti Kuta Lombok, katanya lebih indah dari Kuta nya Bali, kapan akan kita buktikan kawans?